“Kalimantan Barat: Harta Karun Karbon yang Terkubur”
Pontianak,Mata-Rakyat.com – Kalimantan Barat bukan sekadar hamparan hutan tropis di tepi khatulistiwa. Ia menyimpan harta karun tak kasat mata: cadangan karbon raksasa yang mengendap di hutan, mangrove, dan gambutnya. Angkanya mencengangkan—3,14 miliar ton karbon, setara dengan ratusan tahun emisi kendaraan di negeri ini.
Jika dikelola serius, provinsi ini bisa menjadi salah satu pusat perdagangan karbon dunia. Namun, alih-alih dijaga, harta itu terus tergerus. Hutan ditebang, mangrove digusur, gambut dikeringkan. Potensi emas hijau itu justru kian rapuh, nyaris tanpa penjaga.
Di pesisir Kalimantan Barat, hutan mangrove berdiri bak benteng alami. Akar-akarnya menahan abrasi, daunnya menyerap karbon, dan rimbunnya jadi rumah bagi ribuan biota laut. Namun tiap tahun, benteng itu kian terpotong oleh tambak, alih fungsi lahan, dan aktivitas tak bertanggung jawab. Paru-paru dunia ini pelan-pelan sesak.
Karbon biru—istilah untuk karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir, seperti mangrove dan gambut—adalah cadangan strategis yang jarang tersentuh. Di Kalimantan Barat, jumlahnya termasuk yang terbesar di dunia. Sayangnya, ia masih dianggap sekadar lumpur dan rawa. Padahal, nilai ekonominya bisa menyaingi tambang batubara, tanpa merusak alam.
Dalam skema perdagangan karbon global, Kalimantan Barat bisa jadi magnet investasi. Pasar karbon offset tumbuh cepat, terutama setelah komitmen iklim Paris Agreement. Namun, peluang ini masih terlewat. Regulasi belum matang, mekanisme bisnis belum jelas, dan investasi masih lari ke tempat lain.
Pertanyaan pun muncul: mau ke mana arah Kalimantan Barat? Menjadi contoh kegagalan pengelolaan lingkungan, atau pionir keberhasilan menyulap cadangan karbon menjadi berkah.
Waktu hampir habis. Setiap hektare hutan yang hilang berarti karbon terlepas ke udara, mempercepat krisis iklim. Setiap mangrove yang ditebang berarti benteng pesisir melemah. Jika tidak ada langkah nyata, harta karun itu hanya akan tercatat di laporan penelitian, tanpa pernah memberi manfaat bagi masyarakat.
Pilihan ada di tangan kita: bertindak sekarang, atau menyaksikan harta karun ini lenyap ditelan sejarah.
Sumber : Johandi Ketua JMI DPD KALBAR
Editor : Rahmad Maulana

Tinggalkan Balasan